KENDARI, TERKINI.COM – Otoritas Jasa Keuangan Sulawesi Tenggara (OJK Sultra) menyebut dalam penyaluran kredit di Sultra, Kota Kendari mencapai sebesar Rp22,48 triliun atau 56,41% dari total kredit yang disalurkan di bumi anoa ini.
Kepala OJK Sultra, Bismi Maulana Nugraha mengungkapkan, khusus penyaluran kredit di Sultra, Kota Kendari mencapai sebesar Rp22,48 triliun atau 56,41% dengan tingkat NPL sebesar 1,90%. Diikuti oleh Kolaka dengan total kredit Rp6,11 Triliun (share 15,31%) dan NPL 1,61%, serta Bau-Bau dengan kredit Rp3,73 Triliun (share 9,36%) dan NPL 1,75%.
Adapun Muna mencatatkan kredit sebesar Rp2,67 Triliun (share 6,69%) dengan NPL tertinggi, yaitu 2,03%, sementara Konawe memiliki total kredit sebesar Rp905 Miliar (share 2,27%).
Bismi menjelaskan, NPL atau Non-Performing Loan adalah pinjaman bank yang tidak dapat dibayarkan atau terlambat dibayarkan oleh peminjam. NPL dapat menjadi indikator risiko kredit yang dihadapi oleh lembaga keuangan.
Selain itu, Sultra mencatat perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang signifikan, dengan kontribusi yang bervariasi di setiap wilayah.
“Kota Kendari tetap menjadi pusat ekonomi dan keuangan utama di provinsi ini, dengan total DPK sebesar Rp19,43 Triliun, atau 60,53%,” ungkapnya dalam acara Bincang Jasa Keuangan (Bijak) dan media gathering yang digelar OJK Sultra di salah satu rumah makan di Kendari, Rabu (11/12/2024).
Sementara, Bau-Bau mencatatkan DPK sebesar Rp3,86 Triliun, menyumbang 12,05% terhadap total DPK, sementara Kolaka berada di posisi yang hampir setara, dengan total DPK Rp3,83 Triliun dan kontribusi 11,95%. Kedua wilayah ini memiliki potensi ekonomi yang terus berkembang, terutama di sektor perdagangan dan jasa.
Sementara itu, wilayah Muna memiliki DPK sebesar Rp1,65 Triliun, dengan kontribusi sebesar 5,15% terhadap total DPK provinsi. Adapun Wakatobi, sebagai salah satu daerah dengan potensi pariwisata yang besar, mencatatkan DPK sebesar Rp607 Miliar, atau 1,89% dari total DPK pada periode 30 November 2024.
Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Sulawesi Tenggara telah mencapai Rp3,88 triliun, dengan total rekening mencapai 65.908 debitur. Penyaluran terbesar terlihat pada sektor perdagangan besar dan eceran, yang mencatat angka Rp1,61 triliun (42,25%), diikuti oleh sektor pertanian, perburuan, dan kehutanan dengan Rp1,28 triliun (33,05%).
Kredit yang tersalurkan didominasi oleh segmen mikro, yang menyumbang Rp2,81 triliun, atau sekitar 72,55%. Ini menunjukkan bahwa program KUR berhasil menjangkau pelaku usaha kecil yang menjadi tulang punggung perekonomian Sultra.
Sementara itu, daerah yang mendominasi penyaluran KUR berada pada Kabupaten Kolaka dengan nilai Rp602,9 miliar dengan share 15,54%, disusul oleh Kabupaten Konawe (Rp512,1 miliar) dan Kabupaten Muna (Rp492 miliar).
Kota Kendari dan Kabupaten Konawe Selatan masing-masing menyumbang lebih dari Rp443 miliar, menempatkan mereka dalam posisi strategis sebagai penyokong pertumbuhan UMKM.
“Wilayah lainnya, seperti Kabupaten Buton dan Kolaka Utara, juga memberikan kontribusi signifikan, masing-masing sebesar Rp345,3 miliar dan Rp311 miliar,” tutur Bismi.
Adapun, wilayah dengan angka penyaluran lebih kecil, seperti Kabupaten Muna Barat dan Konawe Kepulauan, menunjukkan potensi besar untuk peningkatan kedepannya. Distribusi ini menegaskan bahwa program KUR telah menjadi katalis penting dalam pengembangan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat di seluruh Sulawesi Tenggara.
Selain itu, kredit UMKM secara keseluruhan menunjukkan perkembangan yang positif. Pada Oktober 2024, kredit UMKM tumbuh 10,72% secara tahunan (yoy), dengan rasio kredit bermasalah (NPL) sebesar 3,08%. Pangsa kredit UMKM kini telah mencapai 36,07% dari total kredit perbankan, yang bernilai Rp40,25 triliun.
Reporter: Nunung
Comment