by

Fesyar KTI 2024 di Sultra, Upaya Pemerintah Mengembangkan Ekonomi Syariah di Masyarakat

KENDARI, TERKINI.COM – Festival Ekonomi Syariah (Fesyar) Kawasan Timur Indonesia (KTI) 2024 yang diselenggarakan di Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) merupakan upaya pemerintah dalam mengenalkan dan mengembangkan ekonomi syariah di tengah masyarakat. Ini diungkapkan Deputi Gubernur Bank Indonesia, Juda Agung.

Juda menyebut, sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, Indonesia bukan saja memiliki potensi ekonomi syariah yang luar biasa. Tetapi juga memiliki tanggung jawab untuk membagun ekonomi syariah.

“Indonesia bukan saja diharapkan menjadi pusat ekonomi syariah dunia tetapi menjadi kiblat inovasi pengembangan ekonomi syariah kedepan,” ungkap Juda dalam sambutannya di acara Fesyar KTI 2024 di salah satu hotel di Kendari, Senin (08/07/2024).

Dalam mengembangkan ekonomi syariah ada empat tantangan yang perlu diselesaikan, yakni masih tingginya ketergantungannya Indonesia terhadap bahan baku halal dari luar negeri baik itu daging maupun bahan-bahan turunan seperti emulsifier yang banyak digunakan di industri makanan.

Sementara itu, lanjut dia, daging potong yang disembelih di rumah potong hewan di dalam negeri pun belum semua memiliki sertifikasi halal.

Selain itu, rendahnya pangsa keuangan syariah hal ini antara lain disebabkan oleh inovasi produk keuangan syariah yang terbatas dan basis investor keuangan syariah yang belum kuat bahkan beberapa kalangan seringkali belum sepenuhnya terliterasi dengan baik terhadap produk keuangan syariah.

“Sehingga terkadang mereka beranggapan bahwa keuangan syariah atau bank syariah sama dengan bank konvensional ini yang terus perlu terus kita luruskan dan kita lakukan edukasi,” tuturnya.

Tidak hanya itu, potensi pasar yang besar baik dari dalam negeri dan luar negeri belum tergarap dengan baik. Misalnya mode fashion, dimana potensi Indonesia sangat besar untuk menjadi pusat mode fashion dunia, seperti yang dilihat di pembukaan acara, penampilan fashion show yang sangat memukau.

Dia, menambahkan, pemahaman literasi ekonomi syariah di masyarakat masih rendah. Survei yang terakhir dilakukan di 10 provinsi menunjukkan literasi ekonomi syariah masih 28%, artinya dari 100 orang Indonesia baru 28 orang yang memahami mengenai ekonomi dan keuangan syariah. Terkait itu, tahun 2025 pihaknya menargetkan sebesar 50%.

Adapun untuk menghadapi tantangan tersebut, Bank Indonesia tidak dapat menghadapinya sendiri tetapi perlu bersinergi dengan semua stakeholder. Seperti pengembangan ekosistem makanan halal, dalam kaitan ini akselerasi sertifikasi halal rumah potong hewan perlu terus dilakukan karn rumah potong hewan menjadi sumber utama pangan halal. Termasuk emulsifier yang perlu dipastikan kehalalannya dan jika perlu diproduksi di luar negeri.

Sertifikasi halal pun perlu terus diakselerasi dengan bekerjasama dengan halal center di berbagai universitas. Begitupun dengan mode fashion dengan mendorong para perancang dan pengusaha mode fashion dengan menyelenggarakan Indonesia International Mode Fashion Festival.

Ditempat yang sama, Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Sultra, Asrun Lio mengungkapkan, semangat ekonomi syariah harus diintegrasikan dalam pengelolaan sumber daya alam (SDA) khususnya di sektor pertambangan yang menjadi tulang punggung ekonomi daerah ini.

“Ekonomi syariah yang dalam prinsipnya berkeadilan dan berkelanjutan menawarkan solusi yang efektif untuk mengatasi tantangan ekonomi yang kita hadapi saat ini,” imbuhnya.

Seperti bagi hasil, tolong-menolong dan keadilan sosial. Bukan hanya memberikan landasan yang kuat untuk pertumbuhan ekonomi tetapi juga mendorong kesejahteraan dan pemberdayaan masyarakat.

 

Reporter: Nunung

 

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *